Ketika Cinta Berbicara
cerita ini saya dapat di blog sebelah
KETIKA CINTA BERBICARA
Setiap manusia pasti akan menemui jodohnya,
entah itu sekarang atau esok. Kita manusia hanya bisa menantikan waktu yang
telah tercatat di dalam takdir kita. Tapi apabila dua insan bertemu dengan
sebuah perbedaan keyakinan yang sudah tercatatkan sebagai jodoh, hanya cinta
yang mampu menjawabnya.
Aziz, seorang pujangga yang berusaha mencari
jodohnya dengan mengedepankan agama yang ia peluk, Islam. Dari beberapa wanita
yang mendekatinya, belum ada yang mampu meluluhkan hatinya. Bukan kecantikan
yang ia cari, tapi budi dan santun, serta betaqwa kepada Allah swt. Pernah
seorang wanita yang bernama Aisyah dijodohkan kepadanya oleh masing masing
keluarga. Aisyah memang memilki paras yang cantik serta solehah dan memakai
hijab, tapi cinta belum tumbuh di hati Aziz. Ia merasa tidak cocok dengan
Aisyah. Sedangkan Aisyah telah jatuh cinta kepada Aziz sejak pertama bertemu.
Aziz sendiri hanya menganggap Aisyah sebagai teman yang baik.
Perjodohan antara Aziz dan Aisyah belum
mencapai kesepakatan, oleh karena Aziz belum bisa membuka hatinya pada Aisyah.
Tapi karena pihak keluarga terus menekan, Aziz terpaksa pergi meninggalkan
rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Ia ingin membuktikan bahwa ia sendiri bisa
mendapatkan jodohnya tanpa sistem perjodohan.
Ibunda Aziz, Bu Ratih menjadi khawatir
kepada Aziz yang tiba tiba hilang tanpa seizinnya. Sedangkan Aziz pergi tanpa
membawa uang, ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta dengan alasan mencari jodoh.
Di Jakarta, Aziz sementara tinggal bersama sepupunya yang juga tinggal di
Jakarta. Aziz menjelaskan kepada Aris, sepupunya tentang perjodohan yang
dialaminya. Aris awalnya tidak setuju dengan tindakan Aziz, tapi akhirnya Aris
ikut membantunya.
Aris membawa Aziz untuk bekerja di tempat ia
bekerja, sebagai karyawan. Mungkin itu sudah cukup karena mereka hanya tinggal
berdua. Hari pertama ia bekerja mungkin cukup melelahkan, tapi detik detik
kelelahan itu terhenti seketika saat Aziz melihat seorang wanita yang berparas
cantik. Hari hari berlalu, ia selalu memperhatikan sikap wanita itu yang
ternyata anak dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
Aziz mulai mencari informasi tentang wanita
itu, ia bertanya kepada Aris. Kemudian Aris menjelaskan secara terperinci
tentang wanita idaman Aziz itu. Dari penjelasan Aris, bisa dibilang wanita itu
adalah wanita yang baik sesuai dengan yang Aziz cari. Marsha, sebuah nama yang
mampu meluluhkan hati Aziz.
Esok harinya, Aziz memberanikan diri untuk
menyapa Marsha. Saat tatapan pertama, keduanya merasa sesuatu yang bergerak
dari dalam hati. Mereka berkenalan, Aziz menyebutkan namanya, begitupun dengan
Marsha. Hari demi hari berlalu, mereka semakin dekat bak seorang kekasih. Tapi
hati Aziz sangat terpukul saat ia mendengar kabar bahwa Marsha adalah seorang
wanita pemeluk agama Kristen, dan ternyata nama panjang Marsha adalah Marsha
Christina. Seakan disambar petir saat Aziz melihat Marsha memakai kalung dengan
salib. Tapi perasaan yang ia pendam tidak berkurang pada Marsha. Aziz mulai
bimbang dan memilih menjauhi Marsha, sedangkan Marsha yang belum mengenal Aziz
lebih dalam mulai merasakan cinta.
Sore itu sangat sepi, Aziz terlihat melamun
dengan expresi wajah yang datar. Tiba tiba Marsha datang dengan senyuman yang
ia lemparkan kepada Aziz, namun Aziz hanya diam dan berusaha menjauh dari
Marsha. Ia tidak berani berkata apa apa kepada Marsha. Marsha mulai merasa Aziz
tidak memperhatikannya. Aziz pun beranjak dari tempatnya, namun Marsha
menghentikan langkah Aziz dengan berkata “AKU CINTA KAMU!”. Aziz merasa bahagia
tapi di sisi lain ia harus memperjuangkan agamanya. Aziz hanya menjawab “Saya
Islam”, sambil tersenyum dan berlalu pergi. Air mata Marsha mengalir begitu
saja. Ia lalu berlari menuju Aziz. “Jadi karena itu kamu menjauh dari saya?”
Marsha berkata dengan air mata yang masih mengalir. Aziz tetap berjalan dan
tidak menjawab pertanyaan Marsha. “Aziz, aku cinta sama kamu. Dan aku ingin
tetap berada di sampingmu. Emang kamu tidak bisa pindah agama?”. Langkah Aziz
berhenti dan berjalan menuju Marsha, “Tidak begitu saja, saya memang cinta sama
kamu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan agama begitu saja”, kemudian Aziz
berlari meninggalkan Marsha.
Sampai di rumah Aris, fikiran Aziz masih
terpacu kepada Marsha. Tapi Aris mendapat kabar bahwa Ibu Aziz sakit parah. Malam
itu Aziz bersiap siap untuk pulang.
Pagi hari Aris menemui Marsha dan
memberikannya sepucuk surat. Marsha pun membuka dan membaca surat itu.
UNTUK MARSHA
Assalamu Alaikum wr.
Wb.
Terima kasih karena telah mencintaiku, terima kasih juga karena telah
bersedia untuk menjadi orang yang saya cintai. Mungkin kita bukan jodoh, di
sisi lain aku sangat mencintaimu, tapi cinta belum mempersatukan kita dengan
satu alasan. Mungkin aku akan mendapat jodoh yang lebih baik, begitupun dengan
kamu. Mungkin juga aku akan segera menikah dengan wanita pilihan orang tuaku.
Sampai jumpa lagi.
Assalamu Alaikum wr.
Wb.
Muhammad Aziz Abdullah
Air mata Marsha
kembali mengalir, namun Marsha terlihat tidak menyerah.
Sementara itu di kampung, demi keinginan
ibunya, Aziz terpaksa menerima perjodohannya dengan Aisyah. Seminggu kemudian,
pesta pernikaha digelar dengan calon pasangan penganting “Aziz dan Aisyah”.
Detik detik pengesahan pasangan muda itu berlangsung, tapi semuanya batal
ketika seorang wanita berhijab yang ternyata Marsha. Semua lantas terkejut,
Marsha menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Kemudian Aziz berdiri dan memeluk Marsha,”Kamu Marsha
kan?” Tanya Aziz kepada Marsha. “Iya, saya Islam”, jawab Marsha dengan lembut.
“Tapi kenapa?”. “Karena cinta sudah berkata, kamu adalah jodohku yang
sesungguhnya”. Semua orang hanya terdiam. Dan Aziz dan Marsha kembali
berpelukan, dan Aziz membalikkan badan ke Aisyah. Aisyah hanya berkata “Saya
ikhlas”, sambil tersenyum merelakan Aziz bersama Marsha.
SEKIAN
Story by: Anjas Rustan
Ceritaku itu..
BalasHapusapaan
Hapus