Minggu, 15 Mei 2016

cerita singkat

Ketika Cinta Berbicara

cerita ini saya dapat di blog sebelah 

KETIKA CINTA BERBICARA
   Setiap manusia pasti akan menemui jodohnya, entah itu sekarang atau esok. Kita manusia hanya bisa menantikan waktu yang telah tercatat di dalam takdir kita. Tapi apabila dua insan bertemu dengan sebuah perbedaan keyakinan yang sudah tercatatkan sebagai jodoh, hanya cinta yang mampu menjawabnya.
   Aziz, seorang pujangga yang berusaha mencari jodohnya dengan mengedepankan agama yang ia peluk, Islam. Dari beberapa wanita yang mendekatinya, belum ada yang mampu meluluhkan hatinya. Bukan kecantikan yang ia cari, tapi budi dan santun, serta betaqwa kepada Allah swt. Pernah seorang wanita yang bernama Aisyah dijodohkan kepadanya oleh masing masing keluarga. Aisyah memang memilki paras yang cantik serta solehah dan memakai hijab, tapi cinta belum tumbuh di hati Aziz. Ia merasa tidak cocok dengan Aisyah. Sedangkan Aisyah telah jatuh cinta kepada Aziz sejak pertama bertemu. Aziz sendiri hanya menganggap Aisyah sebagai teman yang baik.
   Perjodohan antara Aziz dan Aisyah belum mencapai kesepakatan, oleh karena Aziz belum bisa membuka hatinya pada Aisyah. Tapi karena pihak keluarga terus menekan, Aziz terpaksa pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan keluarga. Ia ingin membuktikan bahwa ia sendiri bisa mendapatkan jodohnya tanpa sistem perjodohan.
   Ibunda Aziz, Bu Ratih menjadi khawatir kepada Aziz yang tiba tiba hilang tanpa seizinnya. Sedangkan Aziz pergi tanpa membawa uang, ia mencoba mengadu nasib ke Jakarta dengan alasan mencari jodoh. Di Jakarta, Aziz sementara tinggal bersama sepupunya yang juga tinggal di Jakarta. Aziz menjelaskan kepada Aris, sepupunya tentang perjodohan yang dialaminya. Aris awalnya tidak setuju dengan tindakan Aziz, tapi akhirnya Aris ikut membantunya.
   Aris membawa Aziz untuk bekerja di tempat ia bekerja, sebagai karyawan. Mungkin itu sudah cukup karena mereka hanya tinggal berdua. Hari pertama ia bekerja mungkin cukup melelahkan, tapi detik detik kelelahan itu terhenti seketika saat Aziz melihat seorang wanita yang berparas cantik. Hari hari berlalu, ia selalu memperhatikan sikap wanita itu yang ternyata anak dari pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
   Aziz mulai mencari informasi tentang wanita itu, ia bertanya kepada Aris. Kemudian Aris menjelaskan secara terperinci tentang wanita idaman Aziz itu. Dari penjelasan Aris, bisa dibilang wanita itu adalah wanita yang baik sesuai dengan yang Aziz cari. Marsha, sebuah nama yang mampu meluluhkan hati Aziz.
   Esok harinya, Aziz memberanikan diri untuk menyapa Marsha. Saat tatapan pertama, keduanya merasa sesuatu yang bergerak dari dalam hati. Mereka berkenalan, Aziz menyebutkan namanya, begitupun dengan Marsha. Hari demi hari berlalu, mereka semakin dekat bak seorang kekasih. Tapi hati Aziz sangat terpukul saat ia mendengar kabar bahwa Marsha adalah seorang wanita pemeluk agama Kristen, dan ternyata nama panjang Marsha adalah Marsha Christina. Seakan disambar petir saat Aziz melihat Marsha memakai kalung dengan salib. Tapi perasaan yang ia pendam tidak berkurang pada Marsha. Aziz mulai bimbang dan memilih menjauhi Marsha, sedangkan Marsha yang belum mengenal Aziz lebih dalam mulai merasakan cinta.
   Sore itu sangat sepi, Aziz terlihat melamun dengan expresi wajah yang datar. Tiba tiba Marsha datang dengan senyuman yang ia lemparkan kepada Aziz, namun Aziz hanya diam dan berusaha menjauh dari Marsha. Ia tidak berani berkata apa apa kepada Marsha. Marsha mulai merasa Aziz tidak memperhatikannya. Aziz pun beranjak dari tempatnya, namun Marsha menghentikan langkah Aziz dengan berkata “AKU CINTA KAMU!”. Aziz merasa bahagia tapi di sisi lain ia harus memperjuangkan agamanya. Aziz hanya menjawab “Saya Islam”, sambil tersenyum dan berlalu pergi. Air mata Marsha mengalir begitu saja. Ia lalu berlari menuju Aziz. “Jadi karena itu kamu menjauh dari saya?” Marsha berkata dengan air mata yang masih mengalir. Aziz tetap berjalan dan tidak menjawab pertanyaan Marsha. “Aziz, aku cinta sama kamu. Dan aku ingin tetap berada di sampingmu. Emang kamu tidak bisa pindah agama?”. Langkah Aziz berhenti dan berjalan menuju Marsha, “Tidak begitu saja, saya memang cinta sama kamu. Tapi aku tidak bisa meninggalkan agama begitu saja”, kemudian Aziz berlari meninggalkan Marsha.
   Sampai di rumah Aris, fikiran Aziz masih terpacu kepada Marsha. Tapi Aris mendapat kabar bahwa Ibu Aziz sakit parah. Malam itu Aziz bersiap siap untuk pulang.
   Pagi hari Aris menemui Marsha dan memberikannya sepucuk surat. Marsha pun membuka dan membaca surat itu.
 


UNTUK MARSHA
Assalamu Alaikum wr. Wb.
Terima kasih karena telah mencintaiku, terima kasih juga karena telah bersedia untuk menjadi orang yang saya cintai. Mungkin kita bukan jodoh, di sisi lain aku sangat mencintaimu, tapi cinta belum mempersatukan kita dengan satu alasan. Mungkin aku akan mendapat jodoh yang lebih baik, begitupun dengan kamu. Mungkin juga aku akan segera menikah dengan wanita pilihan orang tuaku.
Sampai jumpa lagi.
Assalamu Alaikum wr. Wb.
Muhammad Aziz Abdullah
Air mata Marsha kembali mengalir, namun Marsha terlihat tidak menyerah.
   Sementara itu di kampung, demi keinginan ibunya, Aziz terpaksa menerima perjodohannya dengan Aisyah. Seminggu kemudian, pesta pernikaha digelar dengan calon pasangan penganting “Aziz dan Aisyah”. Detik detik pengesahan pasangan muda itu berlangsung, tapi semuanya batal ketika seorang wanita berhijab yang ternyata Marsha. Semua lantas terkejut, Marsha menjelaskan siapa dirinya sebenarnya. Kemudian  Aziz berdiri dan memeluk Marsha,”Kamu Marsha kan?” Tanya Aziz kepada Marsha. “Iya, saya Islam”, jawab Marsha dengan lembut. “Tapi kenapa?”. “Karena cinta sudah berkata, kamu adalah jodohku yang sesungguhnya”. Semua orang hanya terdiam. Dan Aziz dan Marsha kembali berpelukan, dan Aziz membalikkan badan ke Aisyah. Aisyah hanya berkata “Saya ikhlas”, sambil tersenyum merelakan Aziz bersama Marsha.

SEKIAN

 Story by: Anjas Rustan

2 komentar:

scout